Alexa menutup kembali album fhoto yang sudah berdebu itu. Setelah beberapa jam ia habiskan hanya untuk memandangi satu album. Ia menutupnya sambil mengusap air mata dan pikirannya sedang menerawang entah kemana. Hatinya yang sesak, tak kuat untuk memendam gejolak batin yang menyelimutinya. Ia terisak sangat lama..lama.
Kursi roda tua pun mengantarkan Alexa menuju tempat tidurnya. Namun ia tidak tidur, ia ingin menghirup udara segar melalui kaca jendelanya. Dalam khayalnya, ia teringat akan masa lalunya yang penuh bintang. Ia selalu bersinar di panggung kelasnya. Harapannya menjadi bintang kelas selalu terwujd. Hal inilah yang membuat ia selalu di idolakan kaum Adam.
Namun, wajah yang cantik, prestasi yang membumbung tinggi ke langit tidak lantas membuatnya bahagia. Sikap dan didikan keras orang tuanya semakin hari semakin menjadi. Berbagai aturan diterapkan di rumahnya. Bahkan orang tuanya pun sering bertengkar di hadapan Alexa. Rumah itu pun bagaikan neraka dunia baginya, bukan sebuah istana surga yang ia harapkan.namun kini, ia merasa bahwa dirinya hanya lah seekor burung dalam sangkar, yang tidak bisa lepas untuk terbang mengelilingi dunia, melewati udara yang sejuk, menikmati rindangnya pepohonan, bahkan dia bisa dikatakan pecundang yang lari dari berbagi harapannya.
Prestasi yang didapat pun tidak lain sebagai ungkapan pelampiasan kemarahannya dan kekecewaannya. Tiap hari ia berteman dengan buku&buku, hingga buku pun menjadi tempat curahan hatinya. Ia pun selalu menggoreskan tinta pena nya untuk menjadi sahabatnya. Tinta itu, telah mengukir buku-buku nya dengan berbagai tinta sebagai symbol perasaannya. Keinginan waktu muda nya sangat banyak, namun ia tak berani mewujudkan mimpinya. Ia lebih suka memendam harapannya di lubuk hatinya.
Hingga pada suatu saat, ia harus menyerahkan mahkota kesuciannya kepada pemuda pilihan orang tua nya. Hatinya shock, kaget dan sedih mendengar keputusan itu. Walaupun ia akui memang dirinya sangat lemah, tidak bisa menyuarakan isi hatinya . uneg-unegnya pun ia lampiaskan pada sahabatnya, diary..
Diary…kamu tahu aku sangat menderita. Prestasiku di kelas tak lantas membuat prestasi dalam pencarian Dewa Amor itu berhasil. Walaupun bukan dewa amor, tapi setidaknya ada orang yang mengerti perasaanku.
Diary,..
ortu ku menginginkan aku menuruti perintah mereka. Namun mereka keliru, perintahnya tidak menjamin kebahagiaanku terbit ke permukaan. Rasa bahagia itu hanya sebelah pihak yang merasakannya. Sedangkan aku hanyalah satu dari orang yang tidak mengecap kebahagiaan. Tapi, apa dayaku melawan perintah orang tua ku. Aku hanyalah wanita lemah yang hanya bisa menangis dan menangis…
Esok hari, akhirnya Alexa menikah dengan calon pilihan orang tua nya. Di hari pernikahannya, ia tersenyum dan tertawa walau hatinya tertekan dan menangis. Ia begitu mempesona bukan karena gaunnya yang mewah, tapi karena ia mampu memaafkan tindakan orang tuanya dan merasa bertambah kuat dalam doa dan pengharapannya bahwa inilah jalan terbaik yang mesti ia tempuh selanjutnya.
Namun, setelah resepsi pernikahannya itu, Allah berkehendak lain. Mobil yang ditumpangi dirinya dan keluarganya masuk jurang. Sehingga orang tua dan suaminya menghembuskan nafas terakhirnya. Sedangkan Alexa, ia kehilangan dua kakinya sehingga harus selalu berada di kursi roda hingga sekarang.
“Ibu..ada tamu diluar yang mencari ibu”, panggilan pembantunya membuyarkan ingatan masa lalunya. Ia berharap bisa menutup masa lalu dan harapannya dalam-dalam..karena Alexa yang dulu beda dengan Alexa yang sekarang. Namun, ada satu harapan yang slalu ia akan simpan di hatinya. Tahukah apa harapan yang sLalu di damba Alexa..Tapi tunggu dulu, Alexa mau menemui tamu yang dipanggil Mbok nya. Ketika bertatap muka, Alexa terkejut. Karena tamu itu adalah jawaban dari setiap harapan Alexa. Dia adalah perwujudan dari setiap kata yang ia ukir di hatinya. Ya…sahabat masa kecilnya dulu, yang slalu menghiburnya ketika Alexa kecil menangis, selalu menguatkannya dikala rapuh. Dan Alexa juga berharap, dia adalah dewa Amor yang selalu dinantikannya..
Walaupun dewa amornya telah datang, Alexa masih kesepian. Karena ia masih membutuhkan banyak sahabat yang mau berbagi dengannya, selalu ada di saat duka maupun duka..Maukah anda menjadi sahabatnya???kuharap kau mau menganggukan kepala mu sambil tersenyum dan berkata”iya”…